Profil
Sejarah Madrasah Darul Ulum
Muhammadiyah Galur
Enam puluh empat tahun yang
lalu bangsa Indonesia masih dalam cengkraman penjajahan Belanda, lembaga
Pendidikan masih sangat kurang, lebih-lebih dipelosok pedesaan didesa Sewugalur
Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh
Muhammadiyah Group Kranggan (sekarang ranting) didirikan lembaga pendidikan
Islam tingkat menengah yang dinamakan Madrasah Darul Ulum.Dengan nama Darul Ulum yang
berarti gedung ilmu, maka dimadrasah tersebut memang memberikan bermacam-macam
ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Dari masa ke masa Darul Ulum telah
banyak mengalami pasang surut, mengalami masa gemilang dan masa suram, mendapat
sanjungan dan mendapat cacian. Namun kenyataan Darul Ulum suatu Madrasah yang
telah banyak mendidik putra-putri Islam. Dan sesuai dengan ilmu yang didapat
baik ilmu agama maupun umum sehingga para Abiturient Madrasah Darul Ulum dapat
berperan dalam segala bidang. Ada yang menjadi mubaligh, pedagang, pegawai,
pamong praja, ABRI dan lain-lainnya. Namun pada umumnya mereka melaksanakan
tugas dakwah dalam bidangnya masing-masing. Perlu diketahu bahwa Bapak H.AR.
Fachruddin yang pernah menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah beberapa
kali periode juga termasuk salah satu Abiturient Madrasah Darul Ulum.
Seperti Madrsah-madrsah pada
umumnya Darul Ulum saat ini mengalami kemunduruan-kemunduran yang perlu
mendapat perhatian umat Islam pada umumnya. Untuk itulah kami sajikan sejarah
singkat Madrasah tersebut, yang sekarang sudah berusia 75 tahun karena Darul Ulum berdiri tanggal 05 Juli 1932.
TEMPAT BELAJAR DAN PERGEDUNGAN
Pada waktu berdirinya Darul Ulum belum mempunyai
gedung sendiri, sehingga selalu berpindah-pindah. Adapun urutan-urutannya
sebagai berikut :
- Rumah
Bapak R.M. Jaya Pranowo di Wonopeti yang ditempati selama kurang lebih 1
tahun.
- Rumah
Bapak Jayadikoro juga di Wonopeti, rumah ini juga ditempati kurang lebih 1
tahun, kemudian pindah ke
- Mushola Aisyiyah (sebelah barat SD Wonopeti I sekarang) disinilah Darul Ulum
menamatkan siswanya yang pertama. Mushola ini ditempati selama 2 tahun
kemudian pada tahun 1937 mulai menempati gedung di Sewugalur yaitu
- Gedung
Madrasah Darul Ulum yang sekarang ditempati.
Gedung ini dibeli oleh Muhammadiyah Group
Karanggan seharga Rp. 180,00 dengan dana yang dikumpulkan dari keluarga
Muhammadiyah. Gedung ini semula gedung rumah tukang klitir (penjaga tebu milik
pabrik). Untuk lokal tempat belajar maka dirubah yang semula mempunyai kamar
yang kecil-kecil menjadi kamar (lokal) yang menjadi ruang kelas. Pada masa
perjuangan kemerdekaan tahun 1947 gedung ini ditinggalkan lagi yaitu pindah ke
- SD
Muhammadiyah Wonopeti dan sebagian dirumah Bapak R.M. Jaya Pranowo lagi.
Kemudian setelah situasi aman tahun 1949 maka pindah lagi ke gedungnya
sendiri yaitu
- Gedung
Madrsah Darul Ulum di Sewugalur sampai sekarang.
PERKEMBANGAN PERGEDUNGAN
Gedung yang dibeli pada tahun 1937 ternyata hanya
3 lokal, pada hal perkembangan madrasah mulai tahun 1950 terus meningkat
lebih-lebih setelah menjadi PGA tahun 1952. Maka pada waktu itu madrasah mulai
menambah gedung yaitu dengan perluasan kesebelah timur menempati tanah wakaf
Bapak H. Dawam Rozie. Tambahan tersebut berupa Aula dan 4 lokal dengan tambahan
lokal tersebut ternyata belum cukup sehingga harus menempati rumah Bapak H.
Dawam Rozie/pendopo dan dapur. Juga Rumah Bapak Soemodihardjo sebelah selatan
madrasah. Pada sekitar tahun 1960 Departemen Sosial (yayasan dana Bantuan)
memberikan bantuan gedung asrama menempati tanah Bapak H. Dawam Rozie diutara
lapangan. Karena ruangan untuk belajar masih kurang maka gedung asrama tersebut
juga dipakai untuk ruang kelas. Pada tahun 1962/1963 para Abiturient yang sudah
bekerja sebagai pegawai negeri secara gotong royong membuatkan lokal ( 3 lokal
) disebelah barat, namun bahan bangunannya kayu, glugu dan bambu sehingga tidak
tahan lama, sekarang sudah rusak/tidak ada. Pada tahun 1972 departemen Agama
menunjuk Madrsah Darul Ulum sebagai Madrasah Pilot Proyek untuk Daerah
Istimewa Yogyakarta untuk itu diberikan bantuan berupa Gedung praktikum beserta
alat-alat keterampilan seharga Rp. 4.175.000,00 Gedung itulah yang lebih
dikenal dengan nama Gedung Kaca Madrasah Darul Ulum. Pada tahun ajaran
1984/1985 gedung ini ditingkatkan fungsinya sebagai gedung laboratorium IPA
(Fisika, Kimia, Bologi)
MUSHOLA
Mushola Darul Ulum sudah mengalami 3 kali
perpindahan mula-mula mushola terletak disebelah timur Aula, tetapi pada tahun
1957 mushola tersebut terpaksa dirubah menjadi lokal. Tetapi pada tahun itu
juga dibangun Mushola baru disudut Barat Laut. Tetapi karena dipandang kurang
luas dan kurang strategis tempatnya maka pada tahun 1975 dibangun Mushola baru
disebelah utara lapangan dengan ukuran yang lebih luas dan dengan bahan yang
lebih kuat (kayu Jati) dengan biaya gotong royong dari Abiturient, dan wali murid.
Dengan perkembangan jaman yang semakin maju mushola itu berkembang menjadi
masjid pada tahun 1986 di barat Gedung Kaca dan pada tahun 2004 dibanguun
menjadi masjid yang megah dilantai 2 dengan daya tampung 600 jamaah dengan nama
Masjid Darul Ulum.
KEADAAN GEDUNG PADA UMUMNYA
Pada umumnya gedung-gedung tersebut pada waktu ini
sudah dalam keadaan sempurna. Gedung induk sebelah barat adalah bangunan sejak zaman penjajahan Belanda
(bekas rumah klitir / penjaga malam ) sampai sekarang belum diperbaikai, kalau
ada tambal sulam saja. Gedung sebelah timur Aula yang dibagun pada tahun
1957 dengan bahan bangunan bambu dan glugu, sekarangpun sudah rusak. Gedung
asrama yang dibangun sekitar tahun 1960 dengan bahan bangunan balungan kayu
jati dan kalimantan karena juga sudah cukup lama sekarang juga sudah waktunya
mendapat perhatian. Dan pada tahun 2008 ini gedung timur Aula akan dibangun
dengan lantai 2. Yang masih agak lumayan sekarang hanyalah gedung
praktikum ( gedung kaca ) yang pada bulan Februari 1984 sudah diganti talangnya
dan diganti catnya. Keadaan pada saat ini gedung Madrasah Darul Ulum
sudah mengalami banyak perubahan dengan berbagai macam bantuan dan dari
berbagai pihak. Gedung Darul Ulum sudah berlantai 2 dan yang semulanya Gedung
Kaca untuk laboraturium sekarang sudah menjadi kantor guru. Bahkan telah
dibangun pondok dan asrama juga berlantai 2 dan juga ada asrama putra yang
terletak di desa Sorobayan dan asrama putri di sebelah barat Masjid Darul Ulum. Pada gedung MTs pun sudah mempunyai laintai 2 yang digunakan sebagai lab
komputer dengan 2 bagian yaitu ruang eksekutif dan ruang biasa yang sekarang
digunakan juga ruang pembelajaran.
RIWAYAT SEKOLAH
Masa pertumbuhan
Berdirinya madrasah Darul Ulum pada tahun 1932
tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan Muhammadiiyah di daerah Kulon Progo,
secara kronologis Muhammadiyah masuk didaerah Kulon Progo tahun 1926. salah
satu syarat berdirinya Muhammadiyah (ketika itu Muhammadiyah Group Kranggan )
harus ada sekolah Muhammadiyah, karenanya didirikan sekolah dasar Muhammadiyah
Wonopeti (Standard School Muhammadiyah Wonopeti) sekarang Sekolah Dasar
Wonopeti I. Setelah anak-anak itu tamat dari sekolah dasar perlu sekali adanya
sekolah lanjutan untuk tempat melanjutkan belajar. Tetapi ketika itu belum ada
sekolah lanjutan yang dekat, sehingga Muhammadiyah berusaha mendirikan Sekolah
lanjutan. Untuk itu oleh Muhammadiyah didirikan Madrasah Darul Ulum ; secara
resmi Madrasah Darul Ulum didirikan pada tanggal 05 Juli 1932. untuk mengelola
Madrasah tersebut diserahkan pada Bapak H. Dawam Rozie yang dibantu para ulama
yang ada didaerah sekitarnya sebagai guru antara lain :
- Bapak R
Syahid
- Bapak R
Sumono
- Bapak
Ponijo
- Bapak
Mardi Hardjono
- Bapak
Dawud
- Bapak
Ubadi Nuri
- Bapak
Mastur Hasan
- Bapak H.
Dimyati
- Bapak Umar
Affandi
- Bapak
Suyono dll
Selanjutnya Madrasah tersebut dipersiapkan untuk
mendidik kader-kader mubaligh, khususnya mubaligh Muhammadiyah, guru agama.
Karena itu dinamakan sekolah guru agama/ SGA Darul Ulum dengan masa belajar 3
tahun sampai dengan tahun 1937. tetapi beberapa tahun kemudian ditingkatkan
menjadi 4 tahun, tahun 1951 dan 5 tahun sampai tahun 1953, kemudian
ditingkatkan lagi menjadi 6 tahun. Hasil pendidikan Madrasah Darul Ulum
ternyata sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai dai dan pemimpin umat, dan
ternyata mereka dapat memenuhi harapan masyarakat. Karena itulah nama Darul Ulum mulai dikenal oleh masyarakat Islam pada umumnya dan khususnya masyarakat
Muhammadiyah. Bahkan pada masa sesudah proklamasi sangat dibutuhkan oleh
pemerintah/negara untuk mencukupi kebutuhan tenaga dalam bidang keagamaan atau
pendidikan, karena itu menteri P dan K pada tahun 1951 mengeluarkan surat
keputusan tanggal 17 Juli 1951 No 17737/CV diperkuat dengan keputusan tanggal
09 Oktober 1951 No 26976/CV yang mencantumkan bahwa Madrasah Darul Ulum diakui
dalam bidang agama sama dengan SMP dan bidang umum sama dengan sekolah guru 2
tahun. Karena surat keputusan itu Abiturient Madrasah Darul Ulum banyak yang
diangkat menjadi guru SD dibidang umum dan pegawai Depag/KUA dalam bidang
Agama.
Masa Perkembangan
Dengan adanya kenyataan bahwa abiturient madrasah
Darul Ulum banyak dibutuhkan terutama dalam pendidikan agama, dan pemerintah
sendiri sudah mendirikan PGA (Sekolah Pendidikan Guru Agama). Maka Madrasah
Darul Ulum menyesuaikan diri, dengan mengubah nama menjadi PGA Darul Ulum.
Perhatian masyarakat sangat besar sehingga Darul Ulum mengalami perkembangan
yang pesat. Murid-muridnya cukup banyak, perhatian pemerintah cukup memadai
dengan memberikan bantuan tenaga guru, buku dan juga dana bahkan gedung asrama
pada tahun 1959. PGA Darul Ulum yang di perkuat dengan surat keputusan PP
(Pimpinan Pusat) Muhammadiyah Majelis Pengajaran tanggal 02 Februari tahun 1959
No 637/N/82 dan No 639/N/83, serta No 641/N/85 yang membagi Darul Ulum manjadi
dua tingkat yaitu pendidikan guru Agama pertama (PGAP) yaitu kelas I sampai
dengan kelas IV, Pendidikan guru Agama (PGAA) yaitu kelas V dan VI.
Masa Kemunduran
Waktu berjalan, segala sesuatu tidak tetap kecuali
Allah, begitu juga Madrasah Darul Ulum kejayaan itu mengalami penurunan dan
kemunduran juga. Kemunduran ini dimulai pada sekitar tahun 1970 dengan
sebab-sebab antara lain :
- Pemerintah
untuk sementara tidak mengangkat guru Agama hingga banyak tamatan
(lulusan) PGA yang menganggur.
- Adanya
sistem ujian sekolah bagi sekolah-sekolah umum sehingga anak-anak lebih
tertarik masuk SMP dari pada PGA yang harus ujian negara.
- Dengan
belum adanya pimpinan yang mampu sejak ditinggal wafatnya Bapak H. Dawam
Rozie tahun 1968 sehingga terpakasa Darul Ulum dipimpin oleh beberapa
orang ( 3 orang )
- Sebab
sebab lain.
Usaha-Usaha Peningkatan Kembali
Dengan kemunduran Darul Ulum ini masyarakat
Muhammadiyah sekitar Sewugalur merasa cemas, lebih-lebih para keluarga Darul Ulum yang dekat. Kemudian diadakan diskusi-diskusi sarasehan untuk mencari
upaya agar madrasah Darul Ulum dapat lebih maju lagi ; akhirnya diputuskanlah
status PGA dirubah dan dijadikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Ulum dan
Madrasah Aliyah (MA).
Darul Ulum.
Status Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah tersebut dikuatkan dengan Piagam dari Departeman Agama
Republik Indonesia Nomor 77/004/C/T tanggal 01 Nopember 1977 (untuk madrasah
tsanawiyah) dan nomor 77/002/C/A tanggal 01 Nopember 1977 (untuk Madrasah Aliyah). Usaha peninggkatan terus diusahakan baik oleh yayasan (Muhammadiyah)
maupun oleh Pemerintah (Depag). Dalam hal ini pemerintah/Departemen Agama telah
menunjuk Madrasah Darul Ulum menjadi Pilot Proyek untuk Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan keputusannya tanggal 11September 1972 No 047/SK N/014/72.
selanjutnya memberikan bantuan berupa gedung dan alat-alat praktikum seharga
Rp. 4.175.000,00 dengan modal gedung dan alat-alat yang ada madrasah Darul Ulum berusaha untuk menigkatkan diri, sehingga pada tahun 1976 pernah menjadi
juara terbaik pertama dalam lomba madrasah se kabupaten Kulon Progo, dengan
mendapat piagam dan hadiah sekedarnya. Meskipun demikian agaknya masyarakat
masih belum tertarik pada madrasah Darul Ulum dan madrasah-madrasah yang lain,
meskipun sudah ada upaya dari pemerintah terhadap madrasah dengan keluarnya
surat keputusan bersama Tiga Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 06 tahun 75, Nomor 037/V/1975 dan Nomor 036 tahun 1975. namun
dengan surat keputusan bersama itu kita berharap madrasah ini bisa berkembang
menjadi maju sesuai dengan yang kita harapkan, karena kenyataan bahwa
tamatan/lulusan dari madrasah memang sama dengan sekolah-sekolah umum, bahkan
mempunyai kelebihan dalam pelajaran agama.